Perempuan Penikmat Malam
Perempuan
Penikmat Malam
Perempuan itu masih
terpaku pada ruang hampa sambil memeluk rerindu di masalalunya, di dalam sebuah
kamar tanpa jendela. Diperhatikannya sekian lama sudut-sudut dinding yang sunyi
dari lampu lampu kecilnya. Masih dia perhatikan sudut-sudut kamar yang tak
pernah ramai dari suara teriakan dan tawa anak-anak seusianya. Hanya ada
sepi,kosong,dan hampa. Dia masih menunggu angin yang bisa datang tanpa di
panggil.
Musik jazz dan alunan
hujan rintik-rintik menambah gaduh suasana malam ini. Kamar seperti gedung
pementasan dengan penyanyi dan suaranya yang parau, mereka menjerit-jerit,
memenuhi udara dengan teriakan yang sama “Oke”.
Begitulah kata yang dapat aku tangkap entah telinga atau perasaan ini yang
salah, atau pikiranku yang hambar, menjadi buram tanpa kata.
Di langit nan kelam
menyembul sebuah sabit sang bulan dalam setengah badannya. Teguh terdiam seakan
menantikan takdir sang penguasanya. Tak tampak awan berjalan beriring
mengawalnya, hanya sendiri dalam sunyi yang senyap, seperti suara alam diterpa
desiran angin melagukan khidmat yang dalam. Suara angin kembali berdesir lirih
menyentuh dedaunanan muda yang tampak rapuh, tua sebelum waktunya dan
berguguran jatuh ke tanah, tersapu lagi dan terus tersapu oleh si angin malam
tadi, kembali terulang dalam putaran waktu yang terasa semakin sedikit.
Hati sang perempuan itu
seperti marah,sedih melihat setiap malam tidak ada yang berbeda. Entahlah jika
dia melihat pagi yang cerah, cahaya yang menghaturkan salam dan melambaikan
daun pintu. Perlahan membuka awan yang tertutup rapat. Suara kicau burung
terdengar kembali, berdatangan satu-persatu, nampaknya mereka menjadi marah
karena malam tidak setia lagi pada paruh dan bulu-bulu dari sayap yang basah.
Embun dari daun-daun cemara terlalu banyak untuk mereka hisap, terlau dingin. Ah,
hanya saja perempuan itu tidak menyukai pagi dan siang, sorepun hanya sedikit.
Dug,dug,dug
.. seperti suara sepatu besar yang akan menghampirinya. Perempuan itu pun
langsung menarik selimut yang dipegangnya, ujarnya “Siapa Dia ?” hingga suara
itu tidak lagi terdengar dan matapun terlelap. Dalam setiap tidurnya, dia
selalu bermimpi hal yang aneh, sesuatu yang tidak bisa di jelaskan, di
ungkapkan, apalagi di gambarkan. Hanya saja yang teringat dalam mimpinya dia
selalu saja mengambil air wudhu.
Trenggggggggggg
…..?????
detik sang waktu telah terdengar, menggapai hari yang lain akan kembali hadir,
takdir hidup telah dimainkan, keinginan alam akan terus dipaksakan ada, dating
silih berganti. Perempuan itu berkata “ Ingin sekali menenangkan perasaanku
yang kacau,pergi ke mana yah untuk menghempaskan tubuhku ini ? ohiya, suara
semalam itu siapa yah? Penagih listrik,tukang sol sepatu,atau jodohkah ?
aduhhhhh pikiran semacam apa ini, mana mungkin hal itu terjadi pada malam hari,
ah sudahlah”.
Biasanya di pagi hari,
perempuan itu masih terbalut selimut dengan manjanya, tapi entahlah apa yang
terjadi dengannya pada pagi ini, dia begitu bebas seperti hal nya tidak ada
lagi sepi, kosong, dan hampa. Di telusurinya sepanjang jalan tanpa tujuan,
tiba-tiba ada suara takbir dari penjuru.
“Allahu Akbar Allahu
Akbar’’ ,perempuan itu pun bertanya “Wah suara siapa itu? Kebetulan aku sudah
lama tidak ke masjid, tapi apa iya suara itu dari masjid? Sepertinya lantunan
adzan bukan seperti itu deh”.
Tiba-tiba langkah perempuan itu terhenti di sebuah bangunan ,membuka
mata hati dan pandangan kepada langit nan biru serta menatap jauh atas
ciptaan-Nya. Bangunan yang mayoritasnya berwarna hijau,teringat akan warna yang
di sukai Rasullullah saw.Tempat ini tentunya selalu ada dalam rahmat dan
naungan-Nya,di mana begitu banyak para insan yang ihsan.Mereka duduk di mesjid
sambil membaca kalam-kalam Allah swt.Bajunya yang serba putih membuat hati
terasa tenang dan nyaman.
Terdengar aliran sungai yang bergerumuh mengalir begitu
saja.Banyaknya burung merpati yang berterbangan membuat tempat ini semakin ku
nikmati.Memang qalbu manusia mudah berbolak-balik,di satu saat merasa syukur,di
saat lain merasa kufur.Melalui hati inilah aku dapat berhubungan dengan tempat
ini,bahkan Allah swt serta menangkap cahaya-Nya.
“ Sejak kapan aku
menyukai suasana selain malam? Aku rasa aku butuh seseorang untuk bisa masuk
kedalam bangunan itu ,aduh bangunan itu apa namanya ?” Tanpa berpikir panjang dia pun langsung
membalikan badan pulang menuju kamarnya yang sepi,kosong, dan hampa.
Malam yang semakin
dinginpun tiba, suara takbir itu hilang, angin telah membawanya dalam pelukan
hati yang haru. Membayangkan hari-hari yang sedihpun akan datang kembali.
Memandang sang bulan seakan impian dan masa kecil ada disitu. Bak layaknya
sebuah layar sinema yang membentang di depan mata, bulan yang kini dilihat tak
jauh berbeda dengan apa yang dilihat dan dirasakan pada saat kaki-kaki ini
masih bertelanjang dan mungil adanya.
Disinilah fajarku tiba,berada di jalan-Mu membuatku merasa
nyaman,saat aku terlelap dalam tidur-Mu,saat aku menangis dalam air
mata-Mu,mendendangkan lagu penderitaan,namun Rahmat-Mu berdendang lebih
merdu,melebur segala duka lara,setiap hati para pe-Cinta..
Terlintas dalam pikiran
si perempuan itu “ sepertinya aku tidak boleh berada dalam
kekosongan,kesepian,dan kehampaan di dalam kamar dengan terus menerus, aku
butuh kerohanian yang bisa membangkitkan semangat hidup, tentang bangunan itu?
Ah coba aku lihat foto bangunan tersebut “
Setelah si perempuan
itu melihat foto tersebut , ada sesosok pria yang tampan sedang menggunakan baju
putih,dan sorban yang begitu indah, si perempuan itu berkata “ Siapa dia?
Sepertinya aku baru ingat, pria seperti itu selalu datang dalam mimpiku bahkan
mengajakku berwudhu, ah itu hanya mimpi “
Dalam
perjalanan menuju bangun itu, Renungan menghampiri
kedalam qalbu,karena jiwa yang membutuhkan pencerahan,sedangkan hati di kuasai
oleh kentalnya peristiwa yang membuat hal terindah tertutupi.Apalah arti hidup
tanpa perjuangan di dunia jika di alam keabadian nanti tidak hasil dan tidak
masuk surga? Mana mungkin setelah mati, dia akan menguap seperti halnya api
obor yang padam!!.
“Assalamualaikum” ujar si perempuan itu.
“Waalaikumsalam, maaf ini dengan siapa? Jawab si bapak.
“Saya dari kampung sebelah pak, sebelumnya mau bertanya bangunan
yang di sebelah masjid itu namanya apa yah ?” ujar perempuan.
“Dari kampung sebelah? Loh ko bapa jarang liat kamu yah? Itu
namanya tempat Majelis Ta’lim, kalau kamu mau ikutan, kita bisa berkumpul di
Masjid terlebih dahulu pada siang hari ini.” jawab si bapa itu dengan senang
nya.
“ Iya pak, saya jarang sekali keluar pada waktu pagi,siang, sore
pun hanya beberapa kali ,insh allah pak saya dengan senang hati akan mengikuti
masjid ta’lim tersebut. Saya pamit pulang yah pak terimakasih banyak “ ujar si
perempuan itu dengan senyuman yang lebar.
Jika rahmat dan ridho Allah swt telah di dapat,maka jangan heran
jika batu berubah permata,racum berubah madu,kasar berubah lembut,gelap menjadi
cahaya,dan kelam menjadi cahaya.Hanya saja,aku selalu kesulitan untuk mendapat
rahmat dan ridho Allah tersebut.Yang aku lakukan bukan bagaimana aku
mendapatkanya,melainkan bagaimana aku menjauhinya.Astagfirullah .. .. .. !!
Pukul satu siang itu, udara kota ini sungguh
panas luar biasa. Matahari sudah condong ke barat, namun derajat kemiringannya
tidak terlalu signifikan untuk menggelincirkannya ke balik gunung. Jalanan
tampak mengeluarkan bayang-bayang asap seperti sedang menguapkan aspalnya.
Lengang. Sesekali melintas mobil dengan kecepatan tinggi. Kadang pula lewat
motor ojek yang pengemudinya menolah-noleh kanan-kiri menyelusupkan matanya ke
lorong-lorong gang mencari penumpang. Dan
tibalah aku di Masjid tu ,” Tunggu tunggu sepertinya aku pernah melihat pria
itu, di mana yah? Ohhh dalam foto bangunan itu, Wah ternyata dia ganteng juga
yah “ ujar si perempuan itu . Dengan berjalannya waktu si perempuan itu tak
hanya malam dia hidup, tapi mulai saat itu pun pagi,siang selalu dating
bersamaan dengannya. Tak hanya itu, sepertinya perempuan itu telah memendam
rasa cintanya.
mencintai itu adalah Anugerah-Nya yang harus dia kembalikan lagi
kepada Sang Maha cinta. Pria itu begitu sederhana, memberi kesan jauh dari kemunafikan
.Dari situ, dia harus menjaga pandangan syahwatnya, tak ingin melemahkan
imannya. Pria yang mempunyai kepribadian An-Nafs Al-Mulhima. Fikirannya
melayang berkata"Takutlah kepada para pencinta.Dan cintanya tak pernah
terbagi.Cinta yang tak pernah memiliki awal dan akhir.Cinta yang mengiringiku
ke surga.Dan aku akan bernyanyi didalamnya dengan cinta.Sungguh,kesabaran para
pencinta takkan memberi ruang untuk logika.Dan hanya membuat kita hancur dalam
berusaha mengungkap kedalam samudera misteri-Nya"
Malam ini sangat berbeda, bukan lagi music jazz dan seorang
penyanyi, tapi lantunan takbir dan ngaji yang mengisi kekosongan kamarnya. Dia
berada dalam cahaya rembulan yang begitu memukai. Entah sudah berapa lama dia
termenung, yang dia tau semenjak pria itu ada, tubuhnya seperti tidak terpaku,
dan selalu ingin beranjak.
“Suara hati ini bergema melantunkan nada-nada, melagu tanpa
berkata, seperti syair tak beraksara. ah aku hanya dapat memeluk rasa. Ada
setangkup rindu yang harap mengadu"
Komentar
Posting Komentar